Artikel

Mencegah Bullying melalui Assertive Training di SMA Negeri 1 Baturetno


Oleh : Betty Wulandari, S.Pd. — Guru BK SMA Negeri 1 Baturetno – Wonogiri

Tanpa kita sadari terkadang kita pernah melakukan tindak bullying terhadap otang lain. Baik dilakukan secara langsung maupun dilakukan tanpa tidak langsung. Tindak bullying ini bisa terjadi akibat kurangnya pemahaman dan wawasan terhadaptindak bullying itu sendiri. Bullying merupakan tindak penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun secara psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya (Sejiwa : 2008)

Di lingkungan sekolah sering kali terjadi tindak bullying, baik dilakukan oleh peserta didik kepada peserta didik lain. Atau bahkan juga dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya. Akibat dari tindak bullying ini bagi para korban adalah perasaan tertekan, trauma dan gelisah Ketika bertemu dengan pelaku bullying.

Banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi akibat dari tindak bullying yang ada di sekolah yang mengakibatkan peserta didik dilarikan ke rumah sakit atau peserta didik dibawa ke psikiater karena memberikan dampak yang fatal bagi korban.

Menurut Moutappa dkk (2004) korban bullying adalah peserta diidk yang sering menjadi target dari perilaku agresif, Tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan sedikit pertahanan melawan penyerangnya. Korban bullying juga dikarakteristikan dengan perilaku hati-hati, sensitive dan pendiam. Kesimpulannya bahwa korban dari bullying adalah peserta didik yang pendiam, tidak berana mengutarakan pemikiran dan biasanya terlihat lemah, sehingga korban bullying tidak akan berani untuk melawan pelaku.

Terdapat beberapa jenis tindak bullying yaitu : kontak fisik lansung (memukul, mendorong, mencubit, mencakar, memeras dan merusak barang-barang milik orang lain), kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, meganggu, memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan, mencela, mengintimidasi, menyebarkan gossip), perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan elspresi muka yang merendahkan, mengejak/mengancam, biasanya disertai oleh bullying fisik aau verbal), perilaku no verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjad retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirim surat kaleng), pelecehan seksual (kadang dikategorikan perilaku agresi fisik dan verbal)(Raiuskina, Djuwita dan Soesetio :2007).

Assertive training adalah teknik yang digunakan untuk melatih keberanian individu dalam mengekspresikan  perilaku-perilaku yang diharapkan, sehingga dapat melatih ketegasan yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan dengan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal (Kartono : 2000). Tujuan dari assertive training ini adalah agar peserta didik mampu untuk berani “mengatakan apa adanya” tidak untuk menyakiti atau merugikan pihak lawan bicara, sehingga peserta didik mampu memberikan perlawanan ketika mendapat ancaman dari pihak lain.

Dengan adanya Assertive Training ini diharapkan membawa angin segar kepada peserta didik untuk menghindari perilaku bullying yang kerap terjadi di SMA negeri I Baturetno. Assertive Training mampu membuat peserta didik mempunyai kemandirian secara sosial dan dapat mengekspresikan perasaan yang ada pada diri peserta didik. Mampu juga menghindarkan kesalahpahaman dalam proses komunikasi yang dapat menyebabkan terjadinya kasus bullying di sekolah.

Oleh karena itu, tindak bullying di dalam sekolah dapat dicegah apabila setiap peserta didik dapat menerapkan perilaku assertif di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga terciptakan kehidupan yang harmonis, saling menghargai dan menghormati antar peserta didik.

Betty Wulandari, S.Pd.

Admin

Website Resmi SMA Negeri 1 Baturetno

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *